Senin, 08 Mei 2017

Pelestarian Tarian Sakral Juga Bahas Tentang Tatwa Liak



Negara (Wisma Berita) –

         Sejumlah kecelakaan saat ngenying dalam tarian Rangda belakangan sering terjadi. Teranyar di Tabanan belum lama ini. Termasuk di Jembrana, tahun lalu hal serupa saat pementasan di salah satu desa di Kecamatan Mendoyo. Agar kejadian seperti itu tidak terulang, sejumlah pragina (penari) Rangda, penggiat seni sakral dan desa pakraman akhir pekan lalu mengikuti workshop yang difasilitasi Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Jembrana, Sabtu (6/5) di wantilan Pura Puseh, Desa Pakraman Baler Bale Agung, Kecamatan Negara. Salah satu Tarian Sakral ini hendaknya tetap dilestarikan dengan menjaga agar tetap sakral dan hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Termasuk tari-tari yang lain seperti tari Rejang, Baris, Topeng Sidakarya dan lainnya.

Uniknya selain memaparkan tentang Tarian Sakral, juga dibahas tentang Tatwa Liak yang erat kaitannya dengan tarian sakral Rangda itu. Salah seorang Narasumber, Jro Mangku Suardana yakni Pemangku Pura Tirtha Lan Segara Dangkahyangan Rambutsiwi memaparkan, bila mengacu pada aksara-aksara suci Hindu serta kisah-kisah yang menjadi legenda turunnya Ilmu Liak seperti yang apa disuratkan pada beberapa lontar yang merupakan warisan adi luhung dari para lelangit (leluhur) kita sebagai dasar sastra agama dan budaya Hindu khususnya di Bali, tidaklah ditemukan adanya makna aksara berarti LEAK dan yang ada adalah kata LIAK. Menurutnya, kata LIAK disini merupakan rangkaian dari 2 suku kata yakni "Li" dan "Ak" yang merupakan singkatan dari Lingga Aksara, yang mana Lingga berarti Tempat dan Aksara berarti Huruf. Adapun aksara atau huruf yang dimaksud disini adalah Dasa Aksara yakni 10 aksara suci yang merupakan simbul kekuatan (sakti) dari 10 Dewa sebagai manifestiasi dari Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) dalam upaya menjaga keseimbangan semesta dari segala penjuru alam (Pengider Bhuana) yang di Bali dikenal dengan Dewata Nawa Sanga. Maka menurutnya ajaran Liak adalah ajaran kerohanian bersumber dari Bali yang bertujuan untuk mencari pencerahan lewat aksara suci, yaitu menempatkan dengan cara memasukkan dan mengeluarkan kekuatan aksara dalam tubuh melalui tata cara tertentu. Kekuatan aksara ini disebut Panca Gni Aksara dan siapapun manusia yang mempelajari kerohanian (dalam merk apapun) apabila mencapai puncaknya dia pasti akan mengeluarkan cahaya (aura). Cahaya ini bisa keluar melalui lima pintu indra tubuh, yakni  telinga, mata, mulut, ubun-ubun, serta kemaluan. “Sehingga apabila kita melihat orang Ngelekas atau yang dikenal dengan istilah Meraga Sukma di kuburan atau tempat sepi, api seolah-olah membakar orang tersebut dan api atau cahaya inilah yang lazim disebut Endihan yang sebenarnya tidak perlu ditakuti (bersikaplah sewajarnya),” terangnya. Sebab bukanlah seperti api yang bisa digunakan masak, melainkan adalah aura. Namun, selama ini ajaran Liak selalu dikambinghitamkan padahal pada prinsipnya ajaran Liak (Pangeliakan) tidak mempelajari bagaimana cara menyakiti orang, dimana yang menyakiti adalah orangnya (oknumnya) ketika mereka telah menguasai ilmu apapun yang dimilikinya saat mengaplikasikannya dalam sebuah tindakan menjadi aliran kiri (Pangiwa). Disnilah letak permasalahannya, hingga sampai saat ini ajaran Liak selalu sudutkan hanya pada ranah kejahatan saja.

Ida Pandhita Mpu Nabe Bhaskara menyambut positif adanya workshop termasuk membahas terkait liak ini. Menurutnya, ajaran Liak yang sesungguhnya merupakan warisan adiluhung dari para Lelangit Bali ini sudah sepatutnya dilestarikan dan menjadi kewajiban kita sebagai umat untuk mengangkat derajat ajaran Liak ini dari keterpurukan pencitraan selama ini. Namun demikian, Ida Pandita Mpu Nabe dari geriya Madhusudana, Baler Bale Agung ini mewanti-wanti berpesan agar siapa saja hendaknya selalu menggunakan ajaran apapun yang dikuasainya adalah untuk kebaikan, agar umat senantiasa rahayu dan jagadhita, karena baik dan buruk prilaku seseorang tidak akan terlepas dari karmaphala.

Sementara itu, Jro Mangku Nadiasa salah seorang peserta workshop mengaku sangat antusias mengikuti acara yang tersebut dan berharap kedepan kegiatan serupa lebih sering digelar hingga pemahaman tentang kesujatian ajaran Liak yang sesunggunya ajaran kerohanian ini dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat sehingga tidak lagi didiskritkan dan disalahgunakan.

Kasi Urusan Agama Hindu, Kantor Kemenag Jembrana, Ida Bagus Rimbawan mengatakan esensi digelarnya workshop yang salah satunya membahas tentang Liak ini sejatinya untuk memberikan para penggiat seni tari sakral di Jembrana dan desa pakraman lebih menekuni dan mendalami tarian. Liak merupakan salah satu hal yang berkaitan erat dengan tarian Rangda. "Agar tidak sampai kejadian seperti sebelum-sebelumnya terulang," terangnya. (JMS)

1 komentar:

  1. PROMO FREEBET 1 JUTA MERIAHKAN NATAL DAN TAHUN BARU 2019 BOLAVITA

    - Promo Frenzy Bonus 3% Berlaku Untuk Seluruh Games Bolavita Dari Santa Claus ( Kecuali Togel )
    - Untuk Bola Tangkas Dapat Claim Bonus Dengan Syarat Withdraw Mencapai Win / Loss 25% dari Nilai Deposit + Bonus
    - Promo Berlaku untuk Member Yang Melakukan Deposit Minimal Rp 100.000
    - Maksimal Bonus Dapat di Claim adalah Rp 1.000.000
    - Syarat Penarikan Dana Adalah Melakukan Turnover Minimal 1x Dari Bonus + Deposit
    - Contoh ( Deposit 1000 ) + ( bonus 3% = 30 ) = 1000 + 30 = 1030 anda harus melakukan Valid Bet Senilai 1030 untuk melakukan penarikan dana
    - Anda Tetap Dapat Mengikuti Promo Cashback Apabila Telah Mengikuti Promo Frenzy Bonus Santa
    - Apabila Belum Mencapai Turnover Sudah Melakukan Withdraw Bonus Frenzy Kami Tarik Kembali
    - 1 User ID Berhak Melakukan Claim 1x
    - Kami Berhak Membatalkan Bonus Apabila Terdapat Indikasi Kecurangan
    - Untuk Freebet Santa Dibagikan Secara Otomatis Setiap Anda Melakukan Deposit
    * Tanggal 24 Desember Pukul 23:00 WIB Sampai Dengan Tanggal 25 Desember Pukul 05:00 WIB
    * 31 Desember 2018 Pukul 22:00 WIB Sampai Dengan Tanggal 1 Januari 2019 Pukul 07:00 WIB

    BalasHapus