Mendoyo (Wisma Berita)
Sejumlah tokoh dan masyarakat mengharapkan pembangunan Anjungan Cerdas Jalan Nasional (ACJN) yang dibangun di atas lahan seluas 6 hektar yang dibebaskan Kementerian PU PR menggunakan dana dari APBN Tahun Anggaran 2016, 2017 dan 2018, berjalan sesuai apa yang dicanangkan.
"Di area pembangunan ACJN, kami memaklumkan keberadaan Pura Dangkahyangan Rambutsiwi yang merupakan tempat persembahyangan bukan saja umat Hindu di Bali melainkan seluruh umat Hindu yang ada. Sedari itu, kami mengharapkan senantiasa adanya sinergisitas antara ACJN dengan keberadaan Pura," ujar Ketua Pangempon Pura Dangkahyangan Rambutsiwi, I Gusti Made Sedana, Jumat (30/9/2016).
Terkait hal itu, pihak Pangempon mengaku juga telah menunjuk salah satu Pemangku yakni Pemangku Pura Tirtha Dangkahyangan Rambutsiwi, Jro Mangku Suardana agar selain Ngayah di Pura juga ikut membantu menjadi Tim Sepiritualis (Pengaci), guna mendukung hal-hal sepiritual demi kelancaran dan keamanan sisi Niskala (Alam Maya) terhadap pelaksanaan pembangunan ACJN dimaksud, mengingat lokasi pembangunan ACJN ini selain berada di wilayah Pura Dangkahyangan Rambutsiwi juga dikenal warga menjadi wilayah yang cukup angker.
Sementara itu, Perbekel Yehembang Kangin, I Gede Suardika mengatakan, meskipun pembangunan ACJN ini adalah proyek bersifat nasional resmi dari pemerintah yang dapat saja melibatkan tenaga pekerja dari seluruh Indonesia, namun pihaknya tetap mengharapkan agar memprioritaskan warga Yehembang sabagai tenaga pekerja sebab area proyek tersebut berada di wilayahnya. "Kami mengharapkan kepada pihak proyek hendaknya dapat memprioritaskan warga kami sebagai tenaga pekerja terkait pelaksanaan pembangunan ACJN ini, selebihnya pada bidang apa saja yang tidak bisa dikerjakan baru mencari tenaga dari luar daerah, ini dilakukan adalah sebagai upaya optimalisasi pemanfaatan sumber-sumber daya lokal," harapnya.
Di sisi lain, Pemangku Pura Tirtha Dangkahyangan Rambutsiwi, Jro Mangku Suardana yang dimanatkan Pangempon sebagai Tim Sepiritual (Pengaci) pada pembangunan ACJN juga mengaku telah menyarankan kepada pihak proyek agar dapatnya mengoptimalisasi kearifan budaya lokal dalam pelaksanaan pembangunan ACJN. "Sebagai warga, kami tidak ingin apa yang dicanangkan kedepannya bernasib sama seperti pembangunan Rest Area dulu harus mangkrak sia-sia, sehingga pembangunan ACJN ini hendaknya dapat mengacu pada kearifan-kearifan lokal, seperti misalnya arsitektur bangunan setidaknya tidak bertentangan dengan motif-motif kearifan budaya lokal, sehingga berikutnya tetap bisa menjadi daya tarik kedatangan bagi wisatawan," jelasnya.
Hal senada disampikan warga lainnya, I Komang Siswantara (36) salah seorang warga Yehembang menyampaikan, terkait keberadaan ACJN ini nantinya diperlukan pengelolaan yang lebih profesional namun tetap mengedepankan suberdaya lokal yang ada baik alam maupun manusianya agar tidak mangkrak lagi dan yang paling penting keberadaannya dapat memberikan manfaat demi kesejarteraan masyarakat," harapnya.
Dari informasi yang dihimpun, pembangunaan ACJN ini berada di wilayah Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana tepatnya di sebelah Barat Laut kawasan Pura Dang Kahyangan Luhur Rambut Siwi.
Pembangunan proyek ini berada di atas lahan seluas 6 hektar yang dibebaskan Kementerian PU PR menggunakan dana dari APBN Tahun Anggaran 2016, 2017 dan 2018. Adapun lahan yang dibebaskan untuk pembangunan ACJN oleh Kemen PU PR adalah seluas 3,4 hektar sementara selebihnya dari Rest Area yang sebelumnya sempat mangkrak hingga ke Utara yang merupakan lahan milik Provinsi Bali yang diserahkan ke Pemerintah Pusat dengan total seluas 6 hektar.Pembangunan ACJN merupakan pengembangan Rest Area yang nantinya akan dibangun dengan beragam fasilitas dilengkapi Restoran, Toilet, Galery Seni, Kios UKM serta jika memungkinkan juga akan dilengkapi sarana SPBU, hingga diharapkan nantinya masyarakat bisa mengetahui berbagai infrastruktur yang tengah digelar Kementerian tersebut dan pembangunannya yang digarap oleh PT. Nindya Karya (BUMN) dengan Konsultan Pengawas dari PT. Virama Karya (BUMN) serta pemanfaatannya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Proyek Manager PT. Nindya Karya, Syahriwal saat dikonfirmasi mengaku akan merespons positif apa yang menjadi amanat dari masyarakat dan menjelaskan bahwa pembangunan ACJN tersebut rencananya menelan anggaran sebesar 103 M yang bersumber dari APBN dengan tanda tangan kontrak mulai tanggal 29 Juli 2016, Nomor : HK.02.03/BPIW-PPK.P3/VII/2016/018, menggunakan Design and Build yaitu mendesign sambil membangun dengan sistem Multiyears namun pengerjaan struktur di tahap I baru dianggarkan senilai 67 miliyar dijadwalkan baru akan mulai awal Nopember 2016 dan rampung tahun tanggal 20 Mei 2018, sedangkan Pemkab Jembrana membantu memfasilitasi masyarakat sekitar. Adapun terkait pembebasan lahan sudah dilakukan senilai Rp 3-4 Milyar dan kini dalam tahap perataan lahan. Berikut terkait pengamanan, karena pembangunan ACJN ini adalah merupakan proyek resmi, sehingga keamanan yang ada direkomendasikan melibatkan Satuan Pengamanan (Satpam) dibantu apkam wilayah diantaranya TNI dan Polri yakni Babinkamtimbas dan Babinsa sebagai ujung tombak di lapangan bersinergi dengan Keamanan Adat yaitu Pecalang wilayah setempat serta Pemangku Pura Dangkahyangan Luhur Rambutsiwi sebagai pengemban Sepiritual.
Sedangkan Pelaksana Lapangan PT. Nindya Karya, I Made Sujana mengatakan pembangunan ACJN hingga saat ini masih dilakukan tahap pembersihan lahan dan tahap pembangunan baru dimulai menginjak bulan Nopember 2016. (JMS)