Jembrana (Wisma Berita)
Makepung, adalah semacam atraksi Karapan berasal dari Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Mekepung artinya berkejar-kejaran, namun dalam atraksi mekepung ini tidak menggunakan sapi melainkan kerbau. Inspirasi ini muncul dari kegiatan tahapan proses pengolahan tanah sawah yaitu tahap melumatkan tanah menjadi lumpur dengan memakai Bajak Lampit Slau. Bajak lampit slau ini ditarik oleh dua ekor kerbau dan sebagai alat penghias kerbau maka pada leher kerbau tersebut dikalungi Gentha Gerondongan (Lonceng besar) sehingga apabila kerbau tersebut berjalan menarik bajak lampit slau maka akan kedengaran bunyi seperti alunan musik. Karena bekerja gotong royong maka ada bajak banyak yang masing-masing ditarik oleh dua ekor kerbau yang ditunggangi oleh seorang sais atau kusir duduk di atas bajak lampit slau.
Atraksi mekepung ini berkembang sejak tahun 1930an dan Sais-nya berpakain ala prajurit Kerajaan di Bali zaman dulu yaitu memakai destar atau udeng (semacam ikat kepala khas adat Bali), selendang, selempod, celana panjang tanpa alas kaki dan di pinggang terselip sebilah pedang yang memakai sarung poleng (warna hitam putih). Makepung dibagi menjadi 2 wilayah (blok) yaitu blok barat dan blok timur.
Dalam event kali ini, regu Ijogading Timur menyapu bersih seluruh kelompok perlombaan Mekepung Jembrana Cup tahun ini yang digelar di Sirkuit Delod Berawah, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Minggu (20/11). Dari tiga kategori yang diperlombakan, yakni kategori A, B dan C seluruhnya berhasil dimenangkan sekaha mekepung yang dikoordinatori I Kadek Rentana, yang juga perbekel Desa Belod Berawah. Hingga atas torehan tersebut, predikat juara umum juga berhasil diraih dengan jumlah hadiah sebesar Rp 25 juta. Berikut, regu Ijogading Barat sebagai juara umum kedua berhak atas hadiah dan uang pembinaan sebesar Rp 20 juta. Hadiah diserahkan langsung oleh Bupati Jembrana I Putu Artha.
Namun berbeda dari kompetisi pada umumnya, uang itu tidak langsung dibawa pulang oleh masing-masing pemenang, tapi justru dibagi dua untuk Ijogading Barat dan Ijogading Timur. "Ini sudah merupakan kesepakatan sebelumnya, dimana uang itu nantinya dipergunakan kembali untuk keperluan sekaa ,berupa untuk pemeliharaan sirkuit seperti pembelian pasir, perbaikan gorong-gorong, biaya rapat termasuk untuk biaya transport kepada setiap kereta peserta. Jadi tidak ada yang masuk kekantong sendiri,“ ujar I Made Mara Kordinator Sekaa Mekepung Jembrana.
Sementara itu Bupati Jembrana I Putu Artha mengatakan saat ini tradisi mekepung sebagai ikon dan daya tarik pariwisata Jembrana telah diakui sebagai warisan budaya nasional oleh kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Selain sebagai warisan budaya yang harus terus dilestarikan, Arta juga bergembira karena tradisi mekepung ini tiap tahunnya kian digemari terbukti makin meningkatnya jumlah peserta dalam setiap event yang digelar pemerintah daerah. “Tahun ini jumlah peserta terdaftar sebanyak 294 pasang kerbau, meningkat dari tahun lalu. Ini menunjukkan masyarakat Jembrana makin menggemari tradisi budaya makepung yang cuma ada di Kabupaten Jembrana,“ kata Artha.
Artha juga mengaku sangat bangga dengan kebersamaan masyarakat khususnya Sekaa Makepung yang terus meningkatkan kelestarian makepung. Pihaknya akan terus memberikan semangat dan juga bantuan agar makepung makin berkembang diantaranya melalui peningkatan sarana prasarana seperti akan dibangunnya sirkuit mekepung di Samblong.
Selain itu total hadiah sebagai stimulus sekaa juga terus ditingkatkan tiap tahunnya. Pada pelaksanaan Mekepung Jembrana Cup tahun ini panitia menyiapkan total hadiah sebesar Rp 90 juta. (JMS)