Sabtu, 16 Desember 2017

TNI Bantu Bangun Jamban Untuk Warga Tidak Mampu Penderita Stroke




Jembrana (Wismaberita) - Jajaran Kodim 1617/Jembrana terus berupaya membantu pembuatan jamban untuk warga tidak mampu di wilayahnya.

Mashuri (70) penderita penyakit stroke yang merupakan salah seorang warga miskin di Dusun Kembang Desa Cupel, Kecamatan Negara mengaku sangat bersyukur dan berterimakasih karena telah dibantu pembangunan jamban oleh Koramil 1617-01/Negara.

Setelah rampung dalam pembangunannya, Sabtu (17/12) langsung diserahterimakan oleh Batuud Koramil 01/Negara Peltu I Ketut Sarma seizin Pjs. Danramil 1617-01/Negara Kapten Inf I Nyoman Gede Andika, SH diterima Fathiah (65) istri Mashuri.

Dalam keseharian Mashuri hanya bisa terbaring di tempat tidur dirawat oleh istrinya. Karena suami istri ini tidak lagi bekerja kehidupan mereka dibantu oleh anak-anaknya yang juga tidak mampu.

Pembangunan jamban ini dikerjakan secara swadaya oleh jajaran Kodim 1617/Jembrana yakni Koramil 1617-01/Negara.

Dandim 1617/Jembrana, Letkol Kav Djefri Marsono Hanok mengatakan jambanisasi yang diselenggarakan oleh Koramil 1617-01/Negara merupakan program satuan dalam membantu pemerintah daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan sarana/prasarana dan fasilitas umum terutama pembuatan jamban keluarga bagi keluarga miskin.

"Hal ini adalah untuk menciptakan sanitasi lingkungan yang sehat, bersih, aman dan nyaman guna miningkatkan  kesehatan dan kesejahteraan masyarakat serta memantapkan kemanunggalan TNI dengan rakyat. Kami juga sudah mengingatkan anggota untuk memulai disiplin dari diri sendiri. Memperhatikan lingkungan sekitar terlebih dahulu dan kesejahteraan keluarga sehingga kita bisa berbuat maksimal untuk masyarakat. Karena dalam jiwa kita yang tenang dan sehat kita bisa mengabdi untuk masyarakat lebih baik lagi," ungkap Dandim.

Menurutnya, semangat pengabdian dan kemanunggalan TNI bersama rakyat katanya harus terus dipupuk. (JMS)

Sabtu, 02 Desember 2017

Bagamaina Jika Hari Raya Saraswati Dan Lainnya Bersamaan Dengan Nyepi



Jembrana (Wismaberita) - Bali yang dikenal sebagai Pulau Dewata memiliki banyak sekali aturan-aturan baik dalam menjalankan tradisi ataupun budaya. Inilah yang membuat Bali menjadi unik bahkan hingga terkenal di Manca Negara karena dihadapkan hal ini, umat tetap santun dalam pelaksanaannya. Salah satunya, Bali mengenal banyak hari raya yang dikenal dengan istilah rahinan, diantaranya ada hari raya Galungan dan Kuningan, hari raya Pagerwesi, hari raya Saraswati, hari raya Siwaratri dan seterusnya.

Dalam pelaksanaan hari raya layaknya yang juga dilakukan oleh umat lain, pada intinya semua akan melaksanakan hari raya ini dengan nuasa keramaian. Hingga menjadi hal berbeda khususnya dengan pelaksanaan hari raya Nyepi.

Mengapa demikian, karena hari raya Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi ini sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender Caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Namun, dalam pelaksanaan Nyepi ini tidak seperti perayaan tahun baru Masehi. Dimana, tahun baru Caka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktifitas seperti biasa, karena umat harus melaksanakan Catur Bratha Penyepian, diantaranya amati gni (tidak menyalakan api atau amarah), amati lelungan (tidak bepergian), amati lelanguan (tidak melalukan pesta atau kemeriahan = berupasa) dan amati karya (tidak bekerja). Hingga semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, bahkan seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, mungkin terkecuali untuk Rumah Sakit.

Lalu bagaimana jika kebetulan pelaksanaan hari raya yang umumnya dilakukan dengan kemeriahan seperti di atas apabila berbenturan dengan pelaksanaan hari raya Nyepi.

Hal inilah yang terkadang membuat kebingungan bagi sebagian umat Hindu di Bali.

Jro Mangku Suardana yang akrab dipanggil Jro Mangku Suar, Sabtu (2/12) di sela-sela aktifitasnya memimpin persembahyangan umat sebagai salah seorang Pemangku di Pura Dangkahyangan Rambutsiwi menjelaskan, terjadinya benturan atau pelaksanaan hari raya seperti hari raya dijelaskan di atas jatuhnya bisa bersamaan dengan pelaksanaan Nyepi, ini adalah karena penetapan hari raya bagi umat Hindu di Bali didasarkan atas beberapa perhitungan yang mengacu pada Wariga. Yakni, ada perhitungan jatuhnya hari raya yang menggunakan wewaran (harian), juga ada yang menggunakan pawukon atau wuku (mingguan), ada yang hitungan atas pananggal/pangelong (lima belas harian) dan juga ada yang menggunakan perhitungan sasih (bulan) bahkan ada hitungan yang menggunakan dawuh (waktu/jam).

Menurutnya, umat tidak harus bingung ketika menghadapi atau melaksanakan hari raya seperti dijelaskan di atas jika jatuhnya bersamaan dengan hari raya Nyepi. Seperti misalnya, hari raya Saraswati yang nantinya jatuh pada hari Sabtu tanggal 17 Maret 2018 kebetulan bersamaan dengan pelaksanaan hari raya Nyepi. "Ini kan tinggal diaksioma, yang biasa disebut dengan Alahing Sasih yakni Wewaran alah dening Wuku, Wuku alah dening Pananggal/Panglong, Pananggal/Panglong alah dening Sasih, Sasih alah dening Dauh, Dauh alah dening Sang Hyang Triodasa Saksi. Sekarang tinggal realisasi, bahwa hari raya Saraswati jatuh berdasarkan Wuku sementara Nyepi berdasarkan Sasih, jelas hari raya Saraswati tidak harus dirayakan karena pada prinsipnya dalam Wariga perhitungan Wuku alah dening Sasih dan ini berlaku untuk semua rerahinan yang berbenturan, jelasnya gunakan aksioma Alahing Sasih ini. Hingga rasanya tidak dipandang perlu harus berisi parum (rapat) begini begitu lagi, apalagi sampai menggelar pesamuhan karena apanya yang harus diruwetkan lagi sebab uger-uger (peraturan) itu sudah dibuat serta oleh para lelangit (leluhur) Bali", jelasnya.

Ditambahkannya, uger-uger (peraturan) ini sudah berjalan sejak ratusan tahun silam. Disini para lelangit (leluhur) kita tidak pernah ruwet menjalankan hal ini, sebab sebelum berucap dan bertindak pastinya beliau-beliau sudah berpikir terlebih dahulu sebelum mengambil sikap atau keputusan agar para generasinya tetap bisa dengan solid melaksanakan apa yang telah dipakemkan. "Hingga terkait rerahinan, beliau juga sudah membuat penentuan padewasan seperti apa yang telah ditetapkan menurut sebagian besar dalam teks Wariga", imbuhnya.

Jro Mangku Suar yang juga masih aktif sebagai anggota TNI dan hingga sekarang berdinas di Timintel Korem 163/Wirasatya ini juga mengingatkan pentingnya hidup saling menghargai guna dapat senantiasa melestarikan tradisi, seni maupun budaya, dengan hidup berbhineka karena di era globalisasi ini manusia akan dihadapkan pada sisi kehidupan yang semakin kompleks, demi Ajeg Bali hingga di masa depan nanti. (Arn)

Rabu, 20 September 2017

Tinjau Objek Gugatan, Hakim Gelar Sidang Sengketa Villa



Jembrana (Wismaberita) - Majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Negara kembali melanjutkan sidang gugatan perdata atas villa Kelapa Retreat II di Pekutatan, Negara, Bali. Kali ini, majelis hakim yang dipimpin oleh hakim ketua Fakhrudin Said Ngaji menggelar sidang di lokasi objek gugatan yang diajukan oleh Yenny Sunaryo, korban penipuan investasi vila tersebut. 

"Untuk melihat langsung objek gugatan yang diajukan oleh pihak penggugat," ujar Fakhrudin di Kelapa Retreat II, Pekutatan, Selasa (19/9).

Sebelumnya gugatan ini berawal dari penipuan investasi yang menjerat Gordon Gilbert Hild, warga negara Jerman, dan istrinya warga Lampung, Ismayanti. Keduanya dianggap menipu korbannya Yenny Sunaryo dengan mengajukan proposal pembuatan vila Kelapa Retreat II. Nilai investasi yang ditawarkan mencapai Rp 8,5 miliar dalam berbentuk pembagian saham dengan butir-butir kesepakatan tertentu.

Namun belakangan Gordon dan Ismayanti dianggap lalai dalam mengelola uang investasi tersebut. Keduanya bahkan kedapatan menggunakan uang investasi tersebut untuk membeli rumah di Selandia Baru. Kini, Gordon dan Ismayanti pun sudah berstatus terpidana karena sudah divonis oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan bersalah melanggar Pasal 378 KUHP tentang Penipuan dan Pasal 372 KUHP tentang Penggelapan.

Adapun proses sidang di PN Negara kali ini pun dimulai dengan majelis hakim meminta masing-masing pihak untuk memberikan penjelasan awal mengenai objek sengketa. Setelah itu, materi sidang dilanjutkan dengan melihat langsung objek-objek yang masuk ke dalam materi gugatan. "Silakan pihak penggugat dan tergugat memberikan gambaran seputar lokasi yang dimaksud menurut penilaian masing-masing," ujar Fakhrudin.


Dalam sidang tinjauan tersebut, kuasa hukum Yenny, Ketut Jaya, dan kuasa hukum tergugat yang diwakili Lembaga Hukum Humanis sama-sama memberikan penjelasan kepada majelis hakim. Majelis hakim pun berpendapat bahwa hampir sebagian besar objek yang ditunjukan kedua pihak hampir sama. Hanya ada satu ruas bangunan yang ditafsirkan secara berbeda oleh kedua pihak.

Pihak penggugat menafsirkan bagunan tersebut masuk ke dalam objek gugatan. Namun pihak tergugat menyebut bangunan itu merupakan bagian dari vila Kepala Retreat I yang tidak termasuk objek sengketa. "Nanti biar majelis hakim yang memutuskan," kata hakim Fakhrudin.

Adapun menurut Ketut, tinjauan itu juga sekaligus membuat majelis hakim bisa melihat langsung penipuan yang dilakukan oleh Gordon dan Ismayanti. Sebab, dalam tinjauan itu cuma terdapat 16 bangunan yang selesai dibangun. Padahal, kedua terpidana yang berstatus sebagai pemilik menjanjikan ada 18 bangunan yang akan berdiri. "Jadi sudah dilihat langsung oleh majelis," ujar Ketut.

Dia pun menyebut gugatan perdata atas vila Kelapa Retreat 2 ini sebagai upaya kliennya untuk mendapatkan ganti rugi karena sudah rugi Rp 8,5 miliar. Apalagi, kedua terpidana juga dianggap tidak memiliki itikad baik untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Bahkan, Gordon dan Ismayanti secara sepihak telah memutus kerja sama dengan Yenny tanpa penjelasan apapun.

"Karena klien kami jelas sudah sangat dirugikan, dan gugatan ini murni adalah langkah agar keadilan dapat ditegakkan dan klien kami bisa mendapatkan haknya," ujar Ketut.

Sidang kasus gugatan kepemilikan vila Kelapa Retreat 2 pun akhirnya ditunda oleh majelis hakim. Sidang dengan majelis hakim Fakhrudin, Moh. Hasanuddin Hefni, dan Alfan Kurniawan itu rencananya akan dilanjutkan dengan tinjauan objek sengketa kedua yang berada di kawasan Tabanan, Bali. Namun PN Negara masih berkoordinasi dengan PN Tabanan untuk menggelar sidang tinjauan objek tersebut. (J&D)

Senin, 08 Mei 2017

Pelestarian Tarian Sakral Juga Bahas Tentang Tatwa Liak



Negara (Wisma Berita) –

         Sejumlah kecelakaan saat ngenying dalam tarian Rangda belakangan sering terjadi. Teranyar di Tabanan belum lama ini. Termasuk di Jembrana, tahun lalu hal serupa saat pementasan di salah satu desa di Kecamatan Mendoyo. Agar kejadian seperti itu tidak terulang, sejumlah pragina (penari) Rangda, penggiat seni sakral dan desa pakraman akhir pekan lalu mengikuti workshop yang difasilitasi Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Jembrana, Sabtu (6/5) di wantilan Pura Puseh, Desa Pakraman Baler Bale Agung, Kecamatan Negara. Salah satu Tarian Sakral ini hendaknya tetap dilestarikan dengan menjaga agar tetap sakral dan hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Termasuk tari-tari yang lain seperti tari Rejang, Baris, Topeng Sidakarya dan lainnya.

Uniknya selain memaparkan tentang Tarian Sakral, juga dibahas tentang Tatwa Liak yang erat kaitannya dengan tarian sakral Rangda itu. Salah seorang Narasumber, Jro Mangku Suardana yakni Pemangku Pura Tirtha Lan Segara Dangkahyangan Rambutsiwi memaparkan, bila mengacu pada aksara-aksara suci Hindu serta kisah-kisah yang menjadi legenda turunnya Ilmu Liak seperti yang apa disuratkan pada beberapa lontar yang merupakan warisan adi luhung dari para lelangit (leluhur) kita sebagai dasar sastra agama dan budaya Hindu khususnya di Bali, tidaklah ditemukan adanya makna aksara berarti LEAK dan yang ada adalah kata LIAK. Menurutnya, kata LIAK disini merupakan rangkaian dari 2 suku kata yakni "Li" dan "Ak" yang merupakan singkatan dari Lingga Aksara, yang mana Lingga berarti Tempat dan Aksara berarti Huruf. Adapun aksara atau huruf yang dimaksud disini adalah Dasa Aksara yakni 10 aksara suci yang merupakan simbul kekuatan (sakti) dari 10 Dewa sebagai manifestiasi dari Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) dalam upaya menjaga keseimbangan semesta dari segala penjuru alam (Pengider Bhuana) yang di Bali dikenal dengan Dewata Nawa Sanga. Maka menurutnya ajaran Liak adalah ajaran kerohanian bersumber dari Bali yang bertujuan untuk mencari pencerahan lewat aksara suci, yaitu menempatkan dengan cara memasukkan dan mengeluarkan kekuatan aksara dalam tubuh melalui tata cara tertentu. Kekuatan aksara ini disebut Panca Gni Aksara dan siapapun manusia yang mempelajari kerohanian (dalam merk apapun) apabila mencapai puncaknya dia pasti akan mengeluarkan cahaya (aura). Cahaya ini bisa keluar melalui lima pintu indra tubuh, yakni  telinga, mata, mulut, ubun-ubun, serta kemaluan. “Sehingga apabila kita melihat orang Ngelekas atau yang dikenal dengan istilah Meraga Sukma di kuburan atau tempat sepi, api seolah-olah membakar orang tersebut dan api atau cahaya inilah yang lazim disebut Endihan yang sebenarnya tidak perlu ditakuti (bersikaplah sewajarnya),” terangnya. Sebab bukanlah seperti api yang bisa digunakan masak, melainkan adalah aura. Namun, selama ini ajaran Liak selalu dikambinghitamkan padahal pada prinsipnya ajaran Liak (Pangeliakan) tidak mempelajari bagaimana cara menyakiti orang, dimana yang menyakiti adalah orangnya (oknumnya) ketika mereka telah menguasai ilmu apapun yang dimilikinya saat mengaplikasikannya dalam sebuah tindakan menjadi aliran kiri (Pangiwa). Disnilah letak permasalahannya, hingga sampai saat ini ajaran Liak selalu sudutkan hanya pada ranah kejahatan saja.

Ida Pandhita Mpu Nabe Bhaskara menyambut positif adanya workshop termasuk membahas terkait liak ini. Menurutnya, ajaran Liak yang sesungguhnya merupakan warisan adiluhung dari para Lelangit Bali ini sudah sepatutnya dilestarikan dan menjadi kewajiban kita sebagai umat untuk mengangkat derajat ajaran Liak ini dari keterpurukan pencitraan selama ini. Namun demikian, Ida Pandita Mpu Nabe dari geriya Madhusudana, Baler Bale Agung ini mewanti-wanti berpesan agar siapa saja hendaknya selalu menggunakan ajaran apapun yang dikuasainya adalah untuk kebaikan, agar umat senantiasa rahayu dan jagadhita, karena baik dan buruk prilaku seseorang tidak akan terlepas dari karmaphala.

Sementara itu, Jro Mangku Nadiasa salah seorang peserta workshop mengaku sangat antusias mengikuti acara yang tersebut dan berharap kedepan kegiatan serupa lebih sering digelar hingga pemahaman tentang kesujatian ajaran Liak yang sesunggunya ajaran kerohanian ini dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat sehingga tidak lagi didiskritkan dan disalahgunakan.

Kasi Urusan Agama Hindu, Kantor Kemenag Jembrana, Ida Bagus Rimbawan mengatakan esensi digelarnya workshop yang salah satunya membahas tentang Liak ini sejatinya untuk memberikan para penggiat seni tari sakral di Jembrana dan desa pakraman lebih menekuni dan mendalami tarian. Liak merupakan salah satu hal yang berkaitan erat dengan tarian Rangda. "Agar tidak sampai kejadian seperti sebelum-sebelumnya terulang," terangnya. (JMS)

Minggu, 12 Februari 2017

Fenomena Mistis Di Balik Banjir Bandang


Jembrana (Wisma Berita)

Hujan deras yang terjadi, Sabtu (11/2) sejak sore hari membawa bencana di wilayah Kabupaten Jembrana. Banyak rumah, hewan ternak bahkan kendaraan seperti mobil dan sepeda motor yang tergerus banjir bandang.

Namun, ada cerita mistis di balik terjadinya banjir bandang. Jro Mangku Suardana, Pemangku Pura Tirtha & Segara Dangkahyangan Luhur Rambutsiwi yang juga seorang anggota TNI aktif berpangkat Serma berdinas di Kodim 1617/Jembrana memaparkan, sekira pukul 22.00 Wita dirinya bersama istri, Jro Mangku Sudiariani selesai ngayah Pemangku (memimpin persembahyangan umat) di Pura Tirtha & Segara Dangkahyangan Luhur Rambutsiwi kemudian hendak pulang ke rumah yang beralamat di Lingkungan Samblong, Kelurahan Samblong, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana.

"Setiba di utara jembatan Desa Yeh Kuning saya terjebak banjir bandang yang meluber melintas di atas jalan. Awalnya air hanya setinggi kira-kira 20 cm namun berikut secara cepat mencapai ketinggian 80 cm dengan kecepatan air sekira 20 km/jam melewati persawahan karena jembatan tersumbat sampah kiriman. Tiba-tiba saya melihat batang pohon dengan lingkar sekira 3 meteran panjang hampir 13 meter hanyut terbawa arus banjir bandang mengarah ke sungai Samblong yang bermuara di laut Perancak. Menyadari batang pohon itu akan segera melintasi posisi kami, kemudian sepeda motor saya standar di tempat selanjutnya saya beserta istri sambil terus berdoa (mengucapkan mantram Om Namasiwaya) berupaya menghindari batang pohon tersebut untuk menyelamatkan diri hingga akhirnya batang pohon itu menggerus sepeda motor Honda Beat warna Putih Nopol DK 5509 ZO dan hanyut sampai 50 meter ke dalam persawahan yang dilintasi banjir bandang. Akan tetapi setelah saya perhatikan, dengan jelas di bawah temaram suasana bulan Purnama ternyata batang pohon tersebut sempat menggeliat dan bersisik seperti seekor ular sanca yang sangat besar serta agak bersinar terkena cahaya bulan Purnama. Rasanya kecil kemungkinan kami bisa selamat dari kejadian itu, hingga kami berkeyakinan mungkin kami hanya diamanahkan untuk menyaksikan kejadian aneh tersebut dan kami bersyukur bisa selamat. Sampai saat ini istri saya masih shock menyaksikan misteri kejanggalan dalam musibah yang terjadi tersebut. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam upaya-upaya penyelamatan terhadap bencana banjir yang terjadi di wilayah Kabupaten Jembrana, hingga tadi pagi sepeda motor kami baru bisa dievakuasi oleh Tim SAR Kabupaten Jembrana. Kami sendiri belum bisa berpikir benda aneh apa sebenarnya yang melintas itu. Mungkinkah itu seekor Naga Tapa yang bangkit dan akan menuju samudera setelah ribuan tahun dari pertapaannya, seperti yang ada dalam legenda atau mitos-mitos para tetua nusantara kita dahulu. Banyak pertanyaan akhirnya melintas dalam benak, yang jelas saya bersyukur karena pastinya tidak sembarang orang yang bisa menyaksikannya", jelas Jro Mangku Suardana.

Sementara Lurah Sangkaragung, I Nyoman Gede Suardana membenarkan kejadian tersebut dan hingga saat ini pihaknya bersama Tim SAR dan pihak Pemkab Jembrana masih melakukan pendataan terhadap korban material dan beruntung sampai saat ini tidak ada laporan korban jiwa. (JMS)

Sabtu, 04 Februari 2017

Tumpek Landep, Kodim Gelar Ritual Pesucian Senjata Dan Randis


Jembrana (Wisma Berita)

Dalam rangka perayaan hari Tumpek Landep, Sabtu (4/2) pagi Kodim 1617/Jembrana menggelar ritual terhadap material yang terbuat dari bahan yang mengandung unsur  baja, besi dan logam.

Terkait hal ini, beberapa senjata diantaranya laras panjang jenis M16 A1 dan pistol P-1 beserta kendaraan, tampak dijejer di lapangan Kodim 1617/Jembrana guna dilakukan penyucian dengan ritual khusus.

"Ritual ini dilakukan adalah untuk memohon keselamatan karena senjata tersebut memberikan perlindungan terhadap pemakai, khususnya umat Hindu di Kodim 1617/Jembrana karena setiap benda yang dibuat dari bahan logam memiliki unsur yang diyakini dapat berpengaruh bagi penggunanya, sehingga melalui ritual ini diharapkan dapat memberikan pengaruh yang baik", jelas Pemangku Kodim 1617/Jembrana.

Hari raya Tumpek Landep sendiri merupakan rangkaian setelah hari raya Saraswati, dimana pada hari ini umat Hindu melakukan puji syukur atas berkah yang telah diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati.

Perbedaan hari raya Saraswati dengan hari raya Tumpek Landep adalah dimana pada saat hari Saraswati umat hindu melakukan puji syukur atas turunnya ilmu pengetahuan yang diimplementasikan dengan mengupacari berbagai sumber-sumber ilmu pengetahuan, seperti buku, lontar, prasasti dan berbagai sumber-sumber sastra dan ilmu pengetahuan lainnya, sedangkan pada hari raya Tumpek Landep lebih mengucapkan puji syukur kepada Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati yang telah menganugrahi kecerdasan dan ketajaman pikiran kepada manusia yang mana dari pikiran-pikiran  tersebut melahirkan daya cipta rasa dan karsa manusia dalam menciptakan sesuatu (output) yang dapat mempermudah kehidupannya untuk mencapai kebahagiaan.

Hari raya Tumpek Landep jatuh setiap Saniscara (hari Sabtu) pancawara Kliwon wuku Landep, sehingga secara perhitungan kalender Bali, hari raya ini dirayakan setiap 210 hari sekali. Kata Tumpek sendiri berasal dari “Metu” yang artinya bertemu, dan “Mpek” yang artinya akhir, jadi Tumpek merupakan hari pertemuan wewaran Panca Wara dan Sapta Wara, dimana Panca Wara diakhiri oleh Kliwon dan Sapta Wara diakhiri oleh Saniscara (hari Sabtu). Sedangkan Landep sendiri berarti tajam atau runcing, maka dari ini diupacarai juga beberapa pusaka yang memiliki sifat tajam seperti keris.

Dalam perkembangan zaman dan teknologi, perayaan hari raya Tumpek Landep tidak hanya mengupacarai benda-benda sakral/pusaka seperti keris dan peralatan persenjataan, melainkan juga benda-benda lain yang memiliki manfaat positif yang memberikan kemudahan dalam segala aktivitas dan kehidupan manusia. Adapun benda-benda tambahan yang juga sering kita lihat diupacarai para hari tumpek landep ini antara lain : motor, mobil, sepeda, computer, laptop, mesin pabrik, dan benda-benda lainnya.

Bagi umat hindu di Bali, senjata yang paling utama dalam kehidupan ini adalah pikiran, karena pikiranlah yang mengendalikan semuanya yang ada. Semua yang baik dan yang buruk dimulai dari pikiran, maka dari itu dalam perayaan hari Tumpek Landep ini kita diharapkan agar senantiasa menajamkan pikiran lewat kecerdasan dan mengendalikan pikiran lewat norma-norma agama dan budaya.

Begitu tingginya filosofi orang-orang Bali yang sangat memaknai segala sesuatu yang ada di dalam kehidupannya. Ini juga yang membuat Bali dikenal sangat unik dan eksotis bagi orang-orang yang pernah mengunjunginya. Hendaknya budaya-budaya nusantara seperti inilah yang sepatutnya kita lestarikan sebagai bentuk warisan para leluhur, yang menunujukkan jati diri dan karakter bangsa di tanah Nusantara.

Semoga segala pikiran yang baik datang dari segala penjuru. (JMS)

Rabu, 01 Februari 2017

TNI dan Relawan Bangun Jamban Untuk Nenek Buta


Mendoyo (Wisma Berita)

Jajaran Koramil 1617-02/Mendoyo bersama KRJ (Komunitas Relawan Jembrana), Rabu (1/2) bersinergi membangun kamar mandi dan dapur untuk Nenek bernana Ni Wayan Ceken (90) yang akrab dipanggil Dadong Letung yang mengalami kebutaan dan tidak mendengar sudah sejak puluhan tahun.

Peletakan batu pertama pembangunan kamar mandi dan dapur dari nenek kurang mampu ini dihadiri Babinsa Pohsanten Sertu I Gusti Ketut Dena dan sejumlah anggota Koramil 1617-02/Mendoyo serta tim relawan kemanusiaan dari KRJ.

I Made Budra, anak dari Dadong Letung hanya seorang petani yang kerap menjadi buruh menanam semangka, sehingga pendapatannya juga tidak menentu mengaku bersyukur dan sangat berterimakasih atas bantuan yang diterimanya.

Menurut Sekretaris KRJ, Eddy Bali Suprianto dan Koordinator KRJ, P Witari, dimana pembangunan kamar mandi dan dapur di Dadong Letung dilakukan berkat bantuan dari para donatur yang dihimpun relawan, sementara pengerjaan dilakukan secara swadaya dan gotong royong bersama TNI dan masyarakat sekitar.

Bantuan kamar mandi dan dapur ini diharapkan dapat bermanfaat serta dengan program jambanisasi sinergi TNI dan relawan kemanusiaan ini bisa meningkatkan kesadaran masyarakat akan sanitasi lingkungan. "Selama ini mereka buang air di halaman atau kebun. Mandi juga di samping sumur atau ruangan darurat. Jika sudah ada jamban/kamar mandi mereka tentu lebih sehat dan bersih," jelas Eddy.

Sementara itu, Danramil 1617-02/Mendoyo, Lettu Inf M. Zaenul Ekhsan saat dikonfirmasi mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan program sinergisitas jambanisasi TNI dengan KRJ. Dengan bersinegi bersama relawan kemanusiaan ini pihaknya berharap makin banyak warga yang akan dapat terbantu. (JMS)

Rabu, 18 Januari 2017

Jaga Keamanan, Bhabinkamtibmas, Babinsa dan Pecalang Ikuti Sosialisasi Radikalisme dan Intoleransi


Jembrana (Wisma Berita)

Urusan keamanan dan ketertiban masyarakat memang menjadi prioritas utama bagi aparat keamanan. Hal ini terlihat, dimana para aparat keamanan yakni Polres Jembrana bersinergi dengan Kodim 1617/Jembrana serta unsur keamananan adat (Pecalang), Rabu (18/1) pagi menggelar sosialisasi Radikalisme dan Intoleransi dalam rangka menciptakan Kamtibmas yang kondusif di Kabupaten Jembrana.

Dalam sosialisasi diselenggarakan di aula Polres Jembrana ini diikuti oleh seluruh Kanit Intel, Kanit Binmas Polres dan Polsek, Bhabinkamtibmas jajaran Polres Jembrana, Babinsa dari Kodim 1617/Jembrana dan Pecalang.

Kegiatan tersebut dibuka oleh Kapolres Jembrana AKBP Djoni Widodo, diwakili oleh Kabag Sumda Kompol Made Prihenjagat dan dihadiri oleh Danramil Pekutatan Kapten Inf Karyanto mewakili Dandim 1617/Jembrana.

Hadir sebagai pemberi materi sosialisasi diantaranya Kasat Intel Polres Jembrana AKP I Made Berata, SH dengan materi sosialisasi meliputi, pengertian toleransi dan intoleransi, dasar-dasar toleransi, faktor-faktor yang mempengaruhi intoleransi serta bentuk sikap intoleransi.

Sementara pembicara kedua disampaikan oleh Pasi Intel Kodim 1617 Jembrana Kapten I Nym Andika, SH, MM dengan materi sosialisasi meliputi empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI serta melakukan kegiatan bersama-sama untuk menjaga keamanan.

Sedangkan pembicara ketiga menghadirkan Kasat Binmas Polres Jembrana AKP DR I Ketut Suastika, SH. M.Hum membawakan materi paham radikalisme, meliputi tujuan paham radikalisme, latar belakang radikalisme, ciri-ciri paham radikalisme, ciri-ciri faham ekstrim dan cara-cara mencegah paham radikalisme/ terorisme.

Seluruh anggota baik TNI dan Polri yang mengikuti giat sosialisasi tersebut nampak serius dan antosias menyimak materi yang disampaikan ke tiga pembicara, meskipun suasanya di salam aula agak panas.

Usai kegiatan, Kapolres Jembrana AKBP Djoni Widodo melalui Kabag Sumda Kompol Made Prihenjagat mengatakan, kegiatan sosialisasi terbut dilaksanakan untuk menumbuhkan daya cegah dan tangkal dilapisan masyarakat Jembrana terhadap paham Radikal dan Intolerasi.

"Dengan digelarnya kegiatan ini, diharapkan situasi Kamtibmas di wilayah Kabupaten Jembrana tetap dalam keadaan kondusif yang mana setiap warga masyarakat juga diharapkan dapat berperan aktif untuk melaporkan apabila menemukan ada gejala atau indikasi penyebaran paham radikal serta intoleransi di wilayah Kabupaten Jembrana dan sesegera mungkin bisa dilaporkan kepada aparat berwajib dalam hal ini Bhabinkamtibmas dan Babinsa agar cepat mengambil langkah lebih lanjut,” terang Prihenjagat.
Lewat sosialisasi ini lanjut Prihenjagat juga meminta kepada para Bhabinkamtibmas dan Babinsa serta Pecalang bisa menularkan kepada masyarakat di wilayahnya sehingga tercipta Kamtibmas yang kondusif di Jembrana.

"Jika Jembrana Kantibmasnya kondusif merupakan cermin kondusifnya Bali mengingat Jembrana adalah pintu masuknya Bali melalui jalur darat. Kami tidak ingin kejadian Bom Bali 1 dan Bom Bali 2 terjadi lagi,” imbuh Prihenjagat.

Karena itu pihaknya senantiasa berharap kerjasama istansi terkait/stakeholder menjaga keamanan dan diharapkan kepekaannya terhadap kemungkinan masuknya paham Radikalisme dan Intolerasi sehingga Jembrana Kantibmas tetap kondusif. (JMS)

Selasa, 17 Januari 2017

Kodim Gelar Penyuluhan P4GN Dilanjutkan Tes Urine



Jembrana (Wisma Berita)

Seusai melaksanakan upacara Paripurna 17-an, Kodim 1617/Jembrana, Selasa (17/1) pagi langsung menggelar kegiatan penyuluhan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) dipimpin oleh Kasdim 1617/Jembrana Mayor Inf Ngakan Made Marjana seizin Dandim 1617/Jembrana Letkol Kav Hendra Ferdinandus dan dilanjutkan dengan pelaksanaan tes urine terhadap seluruh anggota militer termasuk Koramil jajaran beserta PNS Kodim 1617/Jembrana dengan jumlah keseluruhan sekira 150 orang.

Dalam kegiatan yang disentralkan di Aula Kodim 1617/Jembrana tersebut, pihak Kodim 1617/Jembrana menghadirkan petugas dari RSUD Negara sebagai tim pemeriksa urine dari masing-masing anggota dan di lokasi pengambilan urine dijaga ketat oleh Proovost Kodim 1617/Jembrana serta diawasi langsung Kasdim 1617/Jembrana, Mayor Inf Ngakan Made Marjana didampingi Pasi Intel Kodim 1617/Jembrana, Kapten Inf I Nyoman Gede Andika.


Menurut Kasdim 1617/Jembrana, Mayor Inf Ngakan Made Marjana dimana pemeriksaan urine terhadap anggota ini digelar dalam kegiatan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).

"Pemeriksaan urine ini merupakan upaya dalam rangka mencegah, mencari, membasmi, dan membersihkan lingkungan TNI AD, khususnya Kodim 1617/Jembrana dari narkoba. Adapun sanksi tegas yang akan diterapkan nantinya kepada mereka yang terbukti dalam urusan narkoba dimana pimpinan TNI AD tidak segan memecat secara tidak hormat, karena ini sudah menjadi atensi dari pimpinan pusat dan harus dilaksanakan di daerah, jelas Kasdim 1617/Jembrana.



Sementara itu, Pasi Intel 1617/Jembrana, Kapten Inf I Nyoman Gede Andika mengatakan bahwa dari pemeriksaan terhadap seluruh anggota kali ini hasilnya semua negatif (-), namun demikian kedepan pihaknya berencana akan menggelar tes urine dadakan secara berkesinambungan, supaya tidak ada anggota Kodim yang berani mencuri kesempatan untuk mencoba barang haram tersebut. “Kami juga meminta dukungan dan peran serta dari masyarakat, agar segera melaporkan jika melihat dan mengetahui ada anggota TNI yang menggunakan narkoba", tutup Pasi Intel 1617/Jembrana seraya mengakhiri kegiatannya. (JMS)