Minggu, 12 Februari 2017

Fenomena Mistis Di Balik Banjir Bandang


Jembrana (Wisma Berita)

Hujan deras yang terjadi, Sabtu (11/2) sejak sore hari membawa bencana di wilayah Kabupaten Jembrana. Banyak rumah, hewan ternak bahkan kendaraan seperti mobil dan sepeda motor yang tergerus banjir bandang.

Namun, ada cerita mistis di balik terjadinya banjir bandang. Jro Mangku Suardana, Pemangku Pura Tirtha & Segara Dangkahyangan Luhur Rambutsiwi yang juga seorang anggota TNI aktif berpangkat Serma berdinas di Kodim 1617/Jembrana memaparkan, sekira pukul 22.00 Wita dirinya bersama istri, Jro Mangku Sudiariani selesai ngayah Pemangku (memimpin persembahyangan umat) di Pura Tirtha & Segara Dangkahyangan Luhur Rambutsiwi kemudian hendak pulang ke rumah yang beralamat di Lingkungan Samblong, Kelurahan Samblong, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana.

"Setiba di utara jembatan Desa Yeh Kuning saya terjebak banjir bandang yang meluber melintas di atas jalan. Awalnya air hanya setinggi kira-kira 20 cm namun berikut secara cepat mencapai ketinggian 80 cm dengan kecepatan air sekira 20 km/jam melewati persawahan karena jembatan tersumbat sampah kiriman. Tiba-tiba saya melihat batang pohon dengan lingkar sekira 3 meteran panjang hampir 13 meter hanyut terbawa arus banjir bandang mengarah ke sungai Samblong yang bermuara di laut Perancak. Menyadari batang pohon itu akan segera melintasi posisi kami, kemudian sepeda motor saya standar di tempat selanjutnya saya beserta istri sambil terus berdoa (mengucapkan mantram Om Namasiwaya) berupaya menghindari batang pohon tersebut untuk menyelamatkan diri hingga akhirnya batang pohon itu menggerus sepeda motor Honda Beat warna Putih Nopol DK 5509 ZO dan hanyut sampai 50 meter ke dalam persawahan yang dilintasi banjir bandang. Akan tetapi setelah saya perhatikan, dengan jelas di bawah temaram suasana bulan Purnama ternyata batang pohon tersebut sempat menggeliat dan bersisik seperti seekor ular sanca yang sangat besar serta agak bersinar terkena cahaya bulan Purnama. Rasanya kecil kemungkinan kami bisa selamat dari kejadian itu, hingga kami berkeyakinan mungkin kami hanya diamanahkan untuk menyaksikan kejadian aneh tersebut dan kami bersyukur bisa selamat. Sampai saat ini istri saya masih shock menyaksikan misteri kejanggalan dalam musibah yang terjadi tersebut. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam upaya-upaya penyelamatan terhadap bencana banjir yang terjadi di wilayah Kabupaten Jembrana, hingga tadi pagi sepeda motor kami baru bisa dievakuasi oleh Tim SAR Kabupaten Jembrana. Kami sendiri belum bisa berpikir benda aneh apa sebenarnya yang melintas itu. Mungkinkah itu seekor Naga Tapa yang bangkit dan akan menuju samudera setelah ribuan tahun dari pertapaannya, seperti yang ada dalam legenda atau mitos-mitos para tetua nusantara kita dahulu. Banyak pertanyaan akhirnya melintas dalam benak, yang jelas saya bersyukur karena pastinya tidak sembarang orang yang bisa menyaksikannya", jelas Jro Mangku Suardana.

Sementara Lurah Sangkaragung, I Nyoman Gede Suardana membenarkan kejadian tersebut dan hingga saat ini pihaknya bersama Tim SAR dan pihak Pemkab Jembrana masih melakukan pendataan terhadap korban material dan beruntung sampai saat ini tidak ada laporan korban jiwa. (JMS)

Sabtu, 04 Februari 2017

Tumpek Landep, Kodim Gelar Ritual Pesucian Senjata Dan Randis


Jembrana (Wisma Berita)

Dalam rangka perayaan hari Tumpek Landep, Sabtu (4/2) pagi Kodim 1617/Jembrana menggelar ritual terhadap material yang terbuat dari bahan yang mengandung unsur  baja, besi dan logam.

Terkait hal ini, beberapa senjata diantaranya laras panjang jenis M16 A1 dan pistol P-1 beserta kendaraan, tampak dijejer di lapangan Kodim 1617/Jembrana guna dilakukan penyucian dengan ritual khusus.

"Ritual ini dilakukan adalah untuk memohon keselamatan karena senjata tersebut memberikan perlindungan terhadap pemakai, khususnya umat Hindu di Kodim 1617/Jembrana karena setiap benda yang dibuat dari bahan logam memiliki unsur yang diyakini dapat berpengaruh bagi penggunanya, sehingga melalui ritual ini diharapkan dapat memberikan pengaruh yang baik", jelas Pemangku Kodim 1617/Jembrana.

Hari raya Tumpek Landep sendiri merupakan rangkaian setelah hari raya Saraswati, dimana pada hari ini umat Hindu melakukan puji syukur atas berkah yang telah diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati.

Perbedaan hari raya Saraswati dengan hari raya Tumpek Landep adalah dimana pada saat hari Saraswati umat hindu melakukan puji syukur atas turunnya ilmu pengetahuan yang diimplementasikan dengan mengupacari berbagai sumber-sumber ilmu pengetahuan, seperti buku, lontar, prasasti dan berbagai sumber-sumber sastra dan ilmu pengetahuan lainnya, sedangkan pada hari raya Tumpek Landep lebih mengucapkan puji syukur kepada Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati yang telah menganugrahi kecerdasan dan ketajaman pikiran kepada manusia yang mana dari pikiran-pikiran  tersebut melahirkan daya cipta rasa dan karsa manusia dalam menciptakan sesuatu (output) yang dapat mempermudah kehidupannya untuk mencapai kebahagiaan.

Hari raya Tumpek Landep jatuh setiap Saniscara (hari Sabtu) pancawara Kliwon wuku Landep, sehingga secara perhitungan kalender Bali, hari raya ini dirayakan setiap 210 hari sekali. Kata Tumpek sendiri berasal dari “Metu” yang artinya bertemu, dan “Mpek” yang artinya akhir, jadi Tumpek merupakan hari pertemuan wewaran Panca Wara dan Sapta Wara, dimana Panca Wara diakhiri oleh Kliwon dan Sapta Wara diakhiri oleh Saniscara (hari Sabtu). Sedangkan Landep sendiri berarti tajam atau runcing, maka dari ini diupacarai juga beberapa pusaka yang memiliki sifat tajam seperti keris.

Dalam perkembangan zaman dan teknologi, perayaan hari raya Tumpek Landep tidak hanya mengupacarai benda-benda sakral/pusaka seperti keris dan peralatan persenjataan, melainkan juga benda-benda lain yang memiliki manfaat positif yang memberikan kemudahan dalam segala aktivitas dan kehidupan manusia. Adapun benda-benda tambahan yang juga sering kita lihat diupacarai para hari tumpek landep ini antara lain : motor, mobil, sepeda, computer, laptop, mesin pabrik, dan benda-benda lainnya.

Bagi umat hindu di Bali, senjata yang paling utama dalam kehidupan ini adalah pikiran, karena pikiranlah yang mengendalikan semuanya yang ada. Semua yang baik dan yang buruk dimulai dari pikiran, maka dari itu dalam perayaan hari Tumpek Landep ini kita diharapkan agar senantiasa menajamkan pikiran lewat kecerdasan dan mengendalikan pikiran lewat norma-norma agama dan budaya.

Begitu tingginya filosofi orang-orang Bali yang sangat memaknai segala sesuatu yang ada di dalam kehidupannya. Ini juga yang membuat Bali dikenal sangat unik dan eksotis bagi orang-orang yang pernah mengunjunginya. Hendaknya budaya-budaya nusantara seperti inilah yang sepatutnya kita lestarikan sebagai bentuk warisan para leluhur, yang menunujukkan jati diri dan karakter bangsa di tanah Nusantara.

Semoga segala pikiran yang baik datang dari segala penjuru. (JMS)

Rabu, 01 Februari 2017

TNI dan Relawan Bangun Jamban Untuk Nenek Buta


Mendoyo (Wisma Berita)

Jajaran Koramil 1617-02/Mendoyo bersama KRJ (Komunitas Relawan Jembrana), Rabu (1/2) bersinergi membangun kamar mandi dan dapur untuk Nenek bernana Ni Wayan Ceken (90) yang akrab dipanggil Dadong Letung yang mengalami kebutaan dan tidak mendengar sudah sejak puluhan tahun.

Peletakan batu pertama pembangunan kamar mandi dan dapur dari nenek kurang mampu ini dihadiri Babinsa Pohsanten Sertu I Gusti Ketut Dena dan sejumlah anggota Koramil 1617-02/Mendoyo serta tim relawan kemanusiaan dari KRJ.

I Made Budra, anak dari Dadong Letung hanya seorang petani yang kerap menjadi buruh menanam semangka, sehingga pendapatannya juga tidak menentu mengaku bersyukur dan sangat berterimakasih atas bantuan yang diterimanya.

Menurut Sekretaris KRJ, Eddy Bali Suprianto dan Koordinator KRJ, P Witari, dimana pembangunan kamar mandi dan dapur di Dadong Letung dilakukan berkat bantuan dari para donatur yang dihimpun relawan, sementara pengerjaan dilakukan secara swadaya dan gotong royong bersama TNI dan masyarakat sekitar.

Bantuan kamar mandi dan dapur ini diharapkan dapat bermanfaat serta dengan program jambanisasi sinergi TNI dan relawan kemanusiaan ini bisa meningkatkan kesadaran masyarakat akan sanitasi lingkungan. "Selama ini mereka buang air di halaman atau kebun. Mandi juga di samping sumur atau ruangan darurat. Jika sudah ada jamban/kamar mandi mereka tentu lebih sehat dan bersih," jelas Eddy.

Sementara itu, Danramil 1617-02/Mendoyo, Lettu Inf M. Zaenul Ekhsan saat dikonfirmasi mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan program sinergisitas jambanisasi TNI dengan KRJ. Dengan bersinegi bersama relawan kemanusiaan ini pihaknya berharap makin banyak warga yang akan dapat terbantu. (JMS)